Home » » Akrilamida

Akrilamida

Written By Unknown on Senin, 13 Mei 2013 | 06.11

Definisi dan Karakteristik Akrilamida
Akrilamida (CH2=CHCONH2) adalah senyawa kimia berwarna putih, tidak berbau, berbentuk kristal padat yang sangat mudah larut dalam air dan mudah bereaksi melalui reaksi amida atau ikatan rangkapnya. Monomernya cepat berpolimerisasi pada titik leburnya atau di bawah sinar ultraviolet. Akrilamida dalam larutan bersifat stabil pada suhu kamar dan tidak berpolimerisasi secara spontan. (Harahap,Y, 2006).
Struktur Kimia :
O


H2C CH C NH2
Struktur Kimia Akrilamida
Rumus molekul : C3H5NO
Sinonim  : 2-Propenamida, etilen karboksi amida, akrilik amida, asam propeonik amida, vinil amida.
Bobot molekul   : 71,08
Kelarutan           : Senyawa ini dapat larut dalam air (215,5 g/100 mL) dalam aseton (63,1 g/100 mL) dan dalam etanol (66,2 g/100 mL)
Titik lebur           : 84,5oC
Titik didih          : 87oC (2mmHg), 105oC (5mmHg), 125oC (25mmHg).
(Maryadele.J.O’Neil,2001).
2.1.2    Sifat Farmakokinetika Akrilamida
Absorbsi dari akrilamida melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan kulit. Pada pendistribusiannya, akrilamida terdapat dalam kompartemen sistem tubuh dan dapat menembus selaput plasenta. Pada urin tikus, telah ditemukan metabolit, seperti asam mekapturat dan sistein-s-propionamida. Glisidamida, merupakan metabolit utama dari akrilamida, yaitu epoksida yang lebih dicurigai dapat menyebabkan penyakit kanker dan bersifat genotoksik pada hewan percobaan. Akrilamida dan metabolitnya terakumulasi dalam sistem saraf dan darah. Akrilamida dicurigai lebih bersifat neurotoksik dibandingkan dengan glisidamida. Pada ginjal, hati dan sistem reproduksi pria juga terjadi akumulasi. Berdasakan pada percobaan pada hewan, akrilamida diekresikan dalam jumlah besar melalui urin dan empedu sebagai metabolitnya. Diketahui terdapat akrilamida air susu tikus yang sedang menyusui. Data-data farmakokinetika akrilamida pada manusia masih sedikit, namun antara manusia dan hewan mamalia belum terdapat data yang dengan pasti menunjukan perbedaan dari keduanya (Harahap, 2006).
Akrilamida dapat meningkatkan timbulnya tumor kelenjar payudara pada tikus betina. Pada tikus jantan dapat memicu degenerasi tubulus seminiferus dan aberasi kromosom spermatosit serta menurunkan kadar testosteron dan prolaktin. Namun, uji fertilitas belum dilaporkan. Dengan pemberian secara oral, topikal, dan intraperitonial akrilamida dapat memicu kanker kulit. Akrilamida, dimasukan ke dalam kategori grup 2A yaitu senyawa yang hampir dipastikan menyebabkan kanker pada manusia (karsinogenik). Hal tersebut dikarenakan jumlah peserta yang diikutsertakan dalam penelitian masih belum memadai untuk suatu uji epidemiologik. Berdasarkan data yang ada, belum ada data epidemiologik yang menunjukan bahwa paparan akrilamida dapat menyebabkan kanker (Harahap, 2006).
FAO dan WHO memberikan arahan sementara untuk mencegah kemungkinan terjadinya resiko akibat akrilamida, meskipun informasi tentang akrilamida dan dampaknya dalam makanan belum lengkap, diantaranya :
  1. Pola makan yang seimbang dan bervariasi, seperti sayur-mayur dan buah-buahan, dan menghindari atau mengurangi makanan yang diduga mengandung akrilamida.
  2. Makanan tidak dimasak dengan suhu yang terlalu tinggi, hanya dengan suhu yang cukup untuk menghancurkan mikroorganisme patogen (Winarno,1992).
by  aep Saepudin (STFI)
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Dhimaz setiawan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger