KATA PENGANTAR
Pertama-tama
penulis ingin mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, atas limpahan
karunia , rahmat & hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan tigas makalah farmakologi tentang “SEDATIF HIPNOTIK DAN
PSIKOTROPIKA DALAM IMPLIKASI KEPERAWATAN” dengan lancar.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Faishol Roni,S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
farmakologi. Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi kepada semua pihak.
Jambi, … september 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.2. Implikasi Keperawatan
2.3. Diagnosa Keperawatan
2.4. Implementasi
2.5. Penyuluhan pasien/keluarga
2.6. Evaluasi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipnotik-sedatif
adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat
(hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati).
Psikotropika
adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan
atau pengalaman. Psikotropika adalah obat simptomatik, karena
patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. ECT (Elektro Convulsive
Therapy) → masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan
kecenderungan bunuh diri.
Obat-obatan
maka ini diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk keprluan
pengobatan. Karena daya kerjanya obat-obatan tersebut sangatlah keras,
sehingga penggunaannyapun harus diawasi dan melalui resep dokter.
Obat-obatan
yang dimaksud jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis
maupun fisik dari si pemakai dan mengakibatkan ketergantungan
sebagaimana narkotika lainnya.
1.1 Tujuan
Mempelajari
farmakologi golongan sedative hipnotik dan psikotropika dalam implikasi
keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan yang diperlukan,
diagnose keperawatan, implementasi, penyuluhan pasien/keluarga, dan
evaluasi. sehingga dapat mengetahui apa yang harus di implementasikan
kepada pasien dan tidak menyalah gunakan penggunaan obat golongan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Hipnotik-sedatif
adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan – berat
(hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati). Sedatif digunakan dalam
pengobatan cemas. Hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia. Ada yang
berfungsi antikonvulsan: klorazepat, diazepam, fenobarbital.
Penggolongan obat-obatan hipnotik-sedatif :
- Antihistamin: difenhidramin, hidroksizin, prometazin
- Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental
- Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam, lorazepam
- Lain-lain: buspiron, kloralhidrat, meprobamat
Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. ECT (Elektro Convulsive Therapy) → masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri.
Penggolongan obat-obatan psikotropika :
· Anti Psikosis = neuroleptik = major tranquilizer
· Anti Ansietas = anti neurosis = minor tranquilizer
· Anti Depresi
· Psikotogenik = psikotomimetik = psikodisleptik = halusinogenik
2.2 Implikasi Keperawatan
- Pantau TD, nadi, nafas pada pemberian IV
- Penggunaan jangka panjang pantau: depresi, kecenderungan bunuh diri, ketergantungan
- Insomnia: kaji pola tidur sebelum, dan secara periodik selama terapi
- Kecemasan: kaji tingkat kecemasan dan sedasi (ataksia, pusing dan bicara tidak jelas) sebelum, dan secara periodik selama terapi.
- Kejang: observasi dan catat intensitas, durasi dan karakteristik kejang, lakukan tindakan kewaspadaan terhadap kejang
- Spasme otot: kaji spasme otot, nyeri yang menyertai, dan keterbatasan gerak sebelum dan selama terapi
- Gejala putus alkohol: kaji gejala putus obat: tremor, agitasi, delirium, halusinasi
2.3. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan pola tidur (indikasi)
- Risiko tinggi cedera (efek samping)
- Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan keluarga/pasien)
2.4. Implementasi
- Awasi ambulasi dan perpindahan pasien setelah pemberian dosis hipnotik
- Buang sigaret
- Penghalang tempat tidur harus dipasang dan bel panggil harus terus berada dalam jangkauan setiap saat
- Beri posisi rendah pada tempat tidur
2.5. Penyuluhan Pasien/Keluarga
- Mempersiapkan lingkungan untuk tidur: ruang gelap, tenang, hindari nikotin dan kafein
- Jika efek kurang efektif setelah beberapa minggu, konsultasikan ke dokter, jangan menaikan dosis
- Penghentian obat secara bertahap, jangan mendadak (menghindari reaksi putus obat)
- Dapat menyebabkan kantuk di siang hari, hindari nyetir, bekerja yang berisiko tinggi kecelakaan
- Hindari alkohol dan depresan SSP lainya
- Anjurkan lapor ke dokter jika berencana hamil atau mencurigai kehamilan
2.6. Evaluasi
Efektivitas obat ditunjukan dengan:
- Perbaikan tidur
- Berkurangnya tingkat kecemasan
- Terkendalinya kejang
- Berkurangnya spasme otot
- Berkurangnya tremor
- Mempunyai ide yang lebih rasional
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat-obatan
jenis hipnotik-sedatif dan psikotropika adalah berbagai macam jenis
obat-obatan yang diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk
pengobatan.
Obat-obatan
jenis hipnotik-sedatif dan psikotropika dalam penggunaannya harus
dengan pengawasan dokter karena daya kerjanya obat-obatan jenis tersebut
sangatlah keras dan menimbulkan keatian apabila terdapat
penyalahgunaan.
3.2. Saran
Karena
daya kerjanya obat-obatan tersebu sangatlah keras, sehingga
penggunaannyapun harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan
dokter. Obat-obatan yang diaksud tersebut jika disalah gunakan akan
berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai dan
engakibatkan ketergantungan, jadi hindari penyalah gunaan obat-obatan
jenis hipnotok sedatif dan psikotropika karena termasuk obat-obatan
narkotik.
DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. BPOM Republik Indonesia
new jordans
BalasHapusabercrombie and fitch
louis vuitton handbags
gucci shoes
fitflop sale
cheap ray bans
abercrombie & fitch new york
louis vuitton outlet
coach factory outlet
tory burch flats
toms shoes
michael kors uk
michael kors outlet online
true religion
coach outlet
michael kors outlet
louboutin
jordans 11
louis vuitton handbags
cheap nfl jerseys
christian louboutin outlet
abercrombie store
michael kors outlet
jordan 6
retro 11
true religion
ncaa jerseys
201578yuanyuan